Foto: New York Law School
TOKYO - Seorang profesor hukum, proyek persuasi visual
New York Law School, Richard K Sherwin, melihat kemungkinan Soeharto
melakukan kudeta terhadap mantan Presiden Sukarno. Tulisannya dimuat
majalah mingguan Shukan Toyo Keizai edisi 11 Oktober 2014 yang
beredar Jumat (10/10/2014). Tulisan ini sebenarnya berasal dari tulisan
Sherwin dengan judul Menjejaki Legitimasi keaslian The Act of Killing.
"Saya ingin Anda untuk mempertimbangkan rezim Soeharto di Indonesia.
Aplikasi ini mengklaim antara 1966-1998, bahwa ada kekejaman oleh
pemberontak komunis, untuk menyampaikan, rezim itu harus dilihat dalam
bioskop dan televisi. Gambar kerusakan di dalamnya telah dibuktikan
yaitu dimaksudkan untuk menanamkan rasa takut kepada orang yang
melihatnya. Strategi visual rezim Soeharto pada terorisme dan kekejaman,
ia telah menciptakan realitas baru," tulis Sherwin.
Juga untuk video dari negara-negara Islam yang telah menyebar dengan
cepat di internet, teori terdistorsi, hal yang sama terjadi. Sekarang,
kebutuhan untuk menghadapi kejahatan telah meningkat lebih dari
sebelumnya. Tapi, motivasi masyarakat Barat yang penuh dengan
kemungkinan, menjadi kehilangan kejelasan.
Bahwa politik dan kebrutalan, untuk membalas kekerasan terhadap orang yang membuat gambar, dapat membangkitkan kecemasan.
"Itu sebabnya, kita harus mempertanyakan diri sendiri, apakah akar dari
reaksi kita terhadap ancaman di mana negara-negara Islam menunjukkan
sesuatu yang khusus. Untuk membedakan antara video yang dimaksudkan dan
informasi tentang kekhawatiran mengenai keamanan nasional, kemarahan
kita, maka perlu merangsang, mempertanyakan diri sendiri, agar tidak
mudah terperangkap dengan cara apapun. Hal ini sangat signifikan."
"Strategi visual teror dan kebrutalan mungkin menjadi bagian kuat.
Tetapi hal itu segera terbentuk, jika kita menangkapnya sebagai bagian
yang terakhir," tambahnya.
Itu sebabnya, hanya kekuatan militer, tidak lah cukup untuk menguras
kejahatan. Penggunaan strategis video kekerasan di era digital, haruslah
dipikirkan lebih dalam lagi.
Sementara tulisan Sherwin menanggapi film The Act Killing di halaman 47
menuliskan bahwa ancaman komunitas memang benar ada, masih belum jelas.
Bisa saja sebagai bagian dari rencana menjatuhkan mantan Presiden
Sukarno.
"Masih belum jelas apakah ancaman komunis itu memang nyata dan benar,
atau hal itu dipakai sebagai awal Soeharto untuk melakukan kudeta
menjatuhkan mantan Presiden Sukarno. Dalam banyak hal, Orde Baru
Soeharto yang didukung oleh militer dan orang kepercayaannya, menjadikan
mereka seperti mesin teror dan kematian. Bukan hanya menjadikan
Soeharto tetap berkuasa, tetapi berkuasa sangat lama 32 tahun dari tahun
1966 sampai dengan 1998," tulis Sherwin.
Sumber : Tribunnews (Dengan perubahan seperlunya
Posting Komentar